Resensi
Judul
: Robohnya surau kami
Pengarang
: A.A Navis
Penerbit
: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : November , 1986
Cetakan
: I (Pertama)
Tebal
: 139 halaman
Harga
: Rp. 22.500,00
Dimensi
: 14 x 20 cm
Cover
: Soft Cover
ISBN
: 979-403-046-5
Kategori
: Fiksi dan Sastra/Bacaan Sastra dan Puisi
A.A Navis adalah cerpenis Indonesia yang dilahirkan di Padang Panjang
pada 17 November 1924. Ia belajar di Perguruan INS Kayutanam. Dalam
masyarakat, banyak berperan aktif seperti pernah menjadi anggota DPRD
Sumatera Barat (1971 – 1982), pernah menjadi Ketua Yayasan Ruan Pendidik INS
Kayutanam, dan pernah menjadi Kepala Bagian Kesenian Jawatan Kebudayaan
Propinsi Sumatera Tengah di Bukittinggi (1952 – 1955), juga beliau pernah
menjadi pemimpin redaksi harian semangat di Padang (1972 – 1972). Sekarang
beliau tinggal di Padang. Karena kemahiran beliau dalam membuat cerpen, beliau
sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Karya – karya A.A Navis telah
banyak di baca orang seperti Bianglala, Hujan Panas, Kemarau, Dialektika
Minangkabau dan banyak lagi. Cerpennya yang sangat terkenal adalah Robohnya
Surau Kami.
Robohnya Surau Kami adalah kumpulan cerpen yang dikarang oleh A.A Navis. Cerita
– cerita yang menggambarkan tentang kisah hidup dan kehidupan masyarakat
Minangkabau. Terbukti pada pendeskripsian latar ceritanya ataupun dari
dialognya yang menggambarkan bagaimana keadaan Minangkabau. Contohnya pada
cerita yang berjudul “Nasehat – Nasehat”, isi dialognya sangat meyakinkan bahwa
cerita itu dari daerah Minangkabau. Dialognya yaitu “ Minangkabau adatnya
tinggi, tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan”.
Cerpen A.A Navis memang banyak yang menceritakan dinamika kehidupan
Minangkabau. Pada cerita “Robohnya Surau Kami”, tergambarkan sekali kehidupan
masyarakat Minangkabau. Cerita ini sangat mengagumkan hingga membuat buku ini
terkenal sepanjang masa.
Salah satu cerpen karya A.A. Navis seperti “Anak Kesayangan” juga memilki akhir
yang sangat memilukan dan menyedihkan. Seorang ayah yang ingin anak
kesayanganya menjadi dokter, malah anaknya menjadi preman di perantauannya.
Namun, saat itu ayahnya tidak mempercayai kata – kata tetangganya tentang
anaknya itu, hingga suatu hari anaknya mengembalikan semua suratnya yang ia kirimkan
kepada anak kesayangannya itu. Hal itu membuat ia bingung dan sangat terpukul
sampai – sampai ia kehilangan semangat hidupnya. Namun, memang begitulah anak
yang selalu dan terlalu dimanja. Tidak pernah menghargai usaha orangtuanya.
Baik itu usaha untuk menyekolahkan anaknya atau pun untuk memenuhi kehendak
anaknya. Hingga suatu hari, tukang pos mengirimkan telegram dari anaknya
dan membuat ia semangat kembali. Namun, ia tidak pernah membaca telegram itu,
karena ia tahu isi telegram itu hanyalah sebuah kalimat yang menjelaskan bahwa
anak kesayangannya telah menjadi dokter. Padahal anaknya sudah meninggal dunia
di perantauannya.
Pada cerita inilah yang menjadi kekurangan cerpen A.A Navis. Ceritanya seperti
belum tuntas. Membuat pembaca bertanya – tanya, bagaimana perasaan
ayahnya jika ia tahu anaknya sebenarnya telah meninggal? Namun, tak semua orang
menganggap itu kekurangan, bisa jadi itu kelebihan karena telah membuat pembaca
penasaran dan ingin mencari – cari kelanjutan cerita itu. Selain itu, kumpulan
cerpen A.A Navis ini juga ada yang menjelaskan tentang kisah cinta. Pokoknya
kumpulan cerpen ini sangat cocok bagi para remaja di seluruh Indonesia.
Kumpulan cerita A.A Navis sangat menyenangkan dan banyak memberikan pelajaran
yang berharga kepada para remaja. Tapi, A.A Navis tidak memberikan catatan kaki
pada kalimat – kalimat yang kurang dipahami oleh remaja di luar Sumatera Barat
atau tepatnya Minangkabau. Contohnya pada kalimat “Dan senyumnya lekas – lekas
dikulumnya”. Kalimat itu mungkin termasuk bahasa daerah Minangkabau yang
tidak semua orang memahami maksudnya. Padahal, remaja Indonesia itu bukan saja
remaja Minangkabau, tapi banyak remaja di daerah lain.
Comments
Post a Comment